Action

Selasa, 29 Januari 2008

Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari

Pengalaman Menarik Menjaga Ujian Pasca Sarjana (S2)

Meskipun statusku belum lulus sarjana (S1) tetapi seringkali aku ditugasi oleh profesorku (yang mengajar S2) untuk menjaga ujian. Hal ini disebabkan (mungkin) oleh kedekatanku dengan profesorku itu sehingga beliau seringkali mempercayakanku untuk menjaga ujian, terlebih ketika beliau berhalangan hadir. Apalagi kita berdua memiliki visi yang sama, yaitu sama-sama membenci “kecurangan”, khususnya kecurangan pada saat ujian. Suatu kali, aku ditugasi oleh beliau untuk menjaga ujian para calon magister. Aku sempet canggung juga kala itu. Memang sih, aku seringkali ditugasi untuk menjaga ujian, tetapi itu ujian adik-adik tingkatku. Aku belum pernah menjaga ujian di level yang lebih tinggi dari levelku.

Pertama kali aku mendapatkan tugas itu, aku sempet keder. Aku takut kalo nantinya aku diremehin mereka. Apa kedudukanku sehingga aku berani melarang ketika nantinya mereka berbuat “hal-hal yang tidak diinginkan”?
Seringkali aku mengabaikan pertanyaan itu dan memantapkan hatiku untuk melakukan tugas tugas “mulia” tersebut dengan baik, dengan caraku! Dan inilah pengalamanku selama beberapa kali menjaga ujian pasca sarjana.

Photobucket

Photobucket

Inilah suasana ketika aku menjaga ujian pasca sarjana. Memang terlihat tenang tapi dibalik semuanya itu, banyak terjadi “kemaksiatan”. Mereka yang notabene pekerjaannya adalah guru dan dosen ini, ketika menghadapi ujian, ternyata juga sama saja kelakuannya dengan mahasiswa atau siswanya pada umumnya. Di tengah ujian yang tenang, hampir 50% dari mereka ini pada umeg sendiri, tolah-toleh, nyalin jawaban orang lain (memang sih ada beberapa yang percaya diri sendiri dalam mengerjakan). Ketika semua ini terjadi, aku cuman bisa memelototin mereka (kadang ada juga yang ganti memelototin aku. Jadinya dalam ruangan itu terjadi aksi pelotot-pelototan, hehehe...seru juga!). Aku membiarkan saja semua tindakan mereka ini (sebenarnya sih aku takut menegur mereka, takut kurang ajar ama orang tua, kan umur mereka kebanyakan diatas 30 tahun, hehehe...Alasan aja!)

Aku lebih menerapkan “jalan damai” daripada menegur, yaitu mencatat nama-nama para calon S2 itu dan menyerahkan “catatan kriminal” itu ke tangan profesorku. Biarlah “Yang Berwenang” aja yang mengambil tindakan terhadap mereka (biasanya nilai ujiannya didiskon lumayan gede).

Ada juga lho pengalaman lucunya. Ketika itu ditengah berlangsungnya ujian (yang waktunya udah setengah jalan), ada seorang dari mereka, yang boleh dibilang umurnya udah “matang” banget. Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan kearahku sembari berkata,”Mas, sory ya, saya gak bisa ngerjain soal ini. Saya mau pulang aja, permisi!” sambil menyerahkan hasil ujiannya yang “sudah” kosong melompong kepadaku. Nah loh...
Aku cuman bisa berdecak kagum kayak cicak. Ck...ck...ck...

Dari semua pengalaman ini, aku jadi terhenyak (cie...). Bagaimana nantinya nasib pendidikan kita ini jika tenaga pendidiknya aja berbuat “seperti ini”. Jangan salahkan jika mahasiswa atau siswanya mengikutin trend “gurunya”, baik itu ketidakjujurannya dan ketidakbertanggungjawabannya. Jangan heran kalau seringkali mereka membanggakan usaha mereka yang berhasil dalam mencontek. Kalo gak nyontek, gak asyik. Bahkan dalam hati mereka terpampang slogan,”Sekali Mencontek, Tetap Mencontek. Hidup Mencontek!”. Kalo menurutku sih semua “perbuatan” ini merupakan awal dari “lingkaran setan” budaya korupsi yang merajalela di negeri ini. Lha wong sejak kecil aja sudah biasa berbuat curang.

Mau jadi apa bangsa kita tercinta ini kalau begini terus?
Jadi Bangsa “Pencontek” yang tidak pernah kreatif berkarya, hanya terus-menerus mencontek hasil karya bangsa lain?
Pantesan aja negara kita ini sering dibodohi oleh negara asing!

Thanks to: My Prof, Profesor Effendi, yang selalu menginspirasi diriku.


Oh Krupuk...Nasibmu Kian Terpuruk!

Harga Tepung dan Minyak Goreng Melambung, Tukang Krupuk Limbung

Photobucket

Di beberapa media yang kubaca, banyak yang memberitakan mengenai kenaikan tajam harga minyak goreng dan tepung terigu. Heh...inilah nasib rakyat kita kini. Belum sempet menghela nafas setelah dihantam dengan kenaikan harga kedelai, eh sekarang dibogem lagi dengan kenaikan harga tepung dan minyak goreng. Jika kemarin banyak pengusaha tempe yang menangis, sekarang banyak pengusaha krupuk yang meringis.
Oh nasib...ya nasib...Mengapa begini?

“Berita duka” ini tidak hanya membuat gempar rakyat Indonesia pada umumnya, tapi juga membuat “ramai” keluargaku pada khususnya. Ibuku yang doyan banget makan krupuk (beliau bersemboyan, No Krupuk...I Cry...) sempet ngomel-ngomel dengan kondisi per-krupuk-an sekarang ini. Yang ukurannya makin kecil-lah, yang rasanya kurang nikmat-lah, pokoknya banyak banget keluhannya. Ketika aku berusaha memahami perasaan ibuku, aku jadi semakin memahami perasaan tukang krupuk di seluruh Indonesia. Mereka harus susah payah peras otak agar usahanya tidak gulung tikar.

***

What next? Selanjutnya apalagi yang harganya bakalan melambung dan siapa lagi yang bakalan menangis karena usahanya terancam bangkrut?
Aku cuman bisa bertanya...pada rumput yang bergoyang...

Thanks to: Ibunda




Selamat Jalan Pak Harto & Mr.Mack

Akhir Perjalanan dari Bapak Pembangunan dan Bapak Filosofi Kimia UM

Photobucket

Hari Minggu yang lalu, bangsa kita dikagetkan (meskipun ada juga yang gak...) dengan adanya pernyataan bahwa mantan presiden Suharto mangkat! Seluruh masyarakat di negeri ini terhenyak dan terdiam sejenak. Sehari penuh semua stasiun televisi yang ada di negeri ini memberitakan mengenai hal ini. Seluruh acara hiburan yang biasanya mendominasi di hari minggu diganti dengan berita duka ini secara terus-menerus. Pak Harto, orang “kuat” di negara kita ini, seakan-akan telah kehilangan kekuatannya dan mengakhiri perjalanan hidupnya setelah mengalami sakit kritis selama 24 hari lamanya. Sekarang beliau benar-benar lengser keprabon untuk selama-lamanya.

Di hari yang sama pula, di kampusku, ada berita duka pula. Seorang dosen kimia telah meninggal dunia setelah seminggu tak sadarkan diri di rumah sakit RKZ. Beliau bernama Mackinu (mahasiswa yang pernah masuk kelasnya, termasuk diriku, sering menyebutnya Mr.Mack), seorang dosen kimia dengan pengalaman dan pengabdiannya yang tak diragukan lagi. Beliau benar-benar memberikan kesan seorang pendidik yang cerdas dan berwatak cemerlang. Filosofi-filosofinya banyak mempengaruhi para mahasiswa yang pernah dibimbingnya.

Aku memang jarang bertemu dan berkomunikasi dengan beliau, bahkan hampir tidak pernah. Bahkan sampai saat ini, aku hanya sekali mengambil mata kuliah beliau, yaitu Dasar-dasar Sains. Aku memang kurang mengenal beliau, tapi aku memiliki kesan yang mendalam tentang beliau. Seluruh civitas kampus, khususnya jurusan kimia, begitu kehilangan sosok cerdas beliau. Padahal beliau merupakan calon Kepala Jurusan Kimia yang baru. Tapi bagaimanapun rencana manusia, Tuhanlah yang menentukan. Ternyata Tuhan berkehendak lain dan memanggil beliau di usia yang cukup produktif.

Photobucket
(inilah pemakaman Mr.Mack di Desa Landungsari)

Di hari yang sama, dua tokoh penting telah tiada. Di hari yang sama pula (Hari Seninnya), kedua tokoh tersebut dimakamkan dengan waktu yang hampir bersamaan (jam 11-an). Kedua tokoh ini memang berbeda karakter, berbeda jabatan dan berbeda kedudukan. Jika Pak Harto dimakamkan secara “glamour” di Astana Giri Bangun secara kemiliteran dengan dilayat oleh para pejabat tinggi negara, maka Mr.Mack dimakamkan secara “simpel” di sebuah makam desa secara “kedosenan” dengan dilayat oleh para “pejabat tinggi” kampus dan para mahasiswanya yang begitu mencintainya. Jika Pak Harto, semua masyarakat Indonesia mengenalnya, lalu siapa Mr.Mack? Mr.Mack hanyalah seorang dosen sederhana yang mengabdi dalam dunia pendidikan untuk kemajuan masa depan anak didiknya, seperti saya.

Selamat jalan Pak Harto & Mr.Mack!

Thanks to : Mr.Mack yang telah memberikan secuil pengetahuan dan filosofinya kepadaku.

Flexiku semakin Trendy

Penambahan Jaringan (Frekuensi), Menambah Kenyamanan

Photobucket

Beberapa hari yang lalu, aku diajak oleh temenku untuk pergi ke Telkom. Ternyata aku baru tahu kalau kartu flexi dapat ditambah atau diperluas jaringannya. Ketika aku pergi ke Telkom, aku kira akan dikenai biaya perluasan jaringan. Ternyata tidak dikenai biaya sama sekali alias gratis bo...Wah senangnya hatiku kalau ada yang gratisan, hehehe...
Apalagi aku kirain akan memakan waktu berhari-hari eh...ternyata gak sampai 5 menit udah selesai prosesnya. Cepet banget!

Ternyata tidak hanya dapat menambah luas jaringannya, tetapi juga dapat menambah phone memory hingga mencapai 250 item. Khusus untuk yang ini dikenai biaya 5000 perak doang, murah kan! Tapi aku gak ngambil fasilitas ini karena kata mbaknya yang nge-layanin diriku (ceile...ngelayanin...) untuk kartu flexi yang berwarna merah, phone memorynya maksimal udah 250 item. Gak bisa ditambah lagi. Tapi kalau kartu flexi yang warnanya putih itu bisa ditambah.

Sekarang flexiku asyik aja kalau dibuat telepon. Biasanya kalau telepon didalam ruangan sering berbunyi nut...nut...dan kemudian sering signal lost atau kadang suara peneleponnya terdengar putus-putus, gak jelas. Tetapi sekarang, semenjak kuperluas jaringannya, semakin nyaman dibuat telepon, gak ada gangguan.

Flexi semakin trendy,euy... Mohon terus ditingkatkan pelayanannya. Ini bukan iklan lho, tapi saran...

Thanks to : Husni

Selasa, 22 Januari 2008

Suharto Kritis, Cendana Miris

Hitam Putih daripada Bapak Pembangunen

Memang jika ditilik dengan teliti, pembangunan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari jasa besar Pak Harto, presiden kedua RI (dan paling lama...). Orang “kuat” (mungkin karena sering minum jamu kuat lelaki kali yee...) di jaman orde baru sampai sekarang ini memang merupakan tokoh sentral dalam perjalanan bangsa ini. Pak Harto begitu berjasa besar bagi bangsa ini dengan segudang prestasi di masa lampau dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar di mata dunia internasional.

Photobucket
(ini foto daripada Pak Harto yang agak bugar)

Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, Pak Harto juga berdosa besar bagi bangsa ini. Mulai KKN yang merajalela dan membudaya (sampai sekarang), kebijakan ekonomi yang salah (yang mengakibatkan negara ini kaya akan hutang), “pengekangan” demokrasi, sampai kehidupan anak-anaknya yang tak jauh dari korupsi dan tragedi; sehingga semakin menambah penderitaan rakyat banyak, khususnya bagi rakyat kecil.

Aku pernah melihat disalah satu stasiun swasta (kalo gak salah QTV, acaranya bernama Impact dengan anchor Peter F Gonta) mengenai perbincangan dengan penulis buku biografi Pak Harto (aku lupa nama penulisnya, pokoknya seorang wanita). Aku masih ingat, penulis itu mengatakan kalo kesalahan terbesar Pak Harto bagi bangsa ini adalah terlalu menyayangi dan memanjakan anak-anaknya. Inilah yang menjadikan petaka secara tidak langsung bagi bangsa ini.

Lho kok bisa? Menyayangi dan memanjakan anak kok gak boleh?
Boleh, asal bener aja...Masalahnya Pak Harto ini terlalu “memanjakan” mereka dengan cara menempatkan mereka langsung pada posisi direktur di yayasan yang dia bentuk (meskipun ada pula anaknya yang mulai dari bawah). Pak Harto ini memiliki tujuh yayasan (kalo gak salah inget sih...), salah satunya Yayasan Supersemar (biasanya kasih beasiswa pendidikan) yang sekarang ini lagi heboh diusut karena adanya kebocoran dana. Nah, anak-anaknya ini ternyata “belum kuat secara mental” (atau mungkin juga nuraninya emang bejad) sehingga mereka dan kroni-kroninya seringkali menyelewengkan kebijakan untuk kepentingan mereka sendiri dan ini dibiarkan saja berlangsung oleh ayahandanya (atau memang uda dapat restu demikian, aku juga gak tahu, tebak aja sendiri...). Tapi bagaimanapun juga, Keluarga Cemara, eh...Cendana begitu berterima kasih kepada God Fathernya, yaitu Pak harto, karena jasa beliaulah Cendana menjadi keluarga yang “besar” (baik dari segi materiil sampai segi duit-il juga, hehehe...).

Photobucket
(ini foto daripada Pak Harto yang sedang kritis)

Seperti yang kita lihat beberapa minggu ini, kesehatan Pak Harto lagi naik-turun. Bisa dibilang lagi kritis. Nah, di masa-masa inilah Keluarga Cendana begitu harap-harap cemas. Setiap hari selalu saja ada konferensi pers yang menjelaskan kondisi kesehatan Pak Harto. Anak-anaknya memang harus selalu menyiapkan mental kalo Pak Harto kembali lengser keprabon untuk kedua kalinya (bener-bener lengser dari dunia ini).

Anomali Hukum

Ada Uang Hukum Ditendang, Tak Ada Uang Anda yang Ditendang”

Photobucket

Tragis memang di negara ini, yang menyatakan Negara Hukum, tapi hukum malah diperjualbelikan. Tulisan ini aku buat karena aku begitu gemes dengan praktek hukum yang kian tidak transparan dan tidak masuk akal di negeri ini. Aku seringkali kena incaran para polisi yang mencari duit dengan cara mencari-cari kesalahan. Untung saja (untung atau buntung yee...) aku ini orang yang taat hukum (gak mau dengan “jalan damai”, mending ditilang). Tapi ternyata aku salah, di pengadilan pun juga ada calonya yang menerapkan praktek “jalan damai”. Kalo uda begini, aku sebutin satu nama yang berkuasa, yaitu Pak Lukman, bokapku (Soalnya banyak pegawai kepolisian yang sering benerin motor ke bengkel bokap, hehehe...). Meskipun ini dapat dikategorikan kolusi, habis mau bagaimana lagi, pengadilan kita kan ngikutin UUD (Ujung-Ujungnya Duit).

Aku jadi inget di Ponorogo ada seorang ayah yang begitu membutuhkan duit buat anak bininya sehingga dia nekat mencuri uang 6000 perak dari warung pangsit. Tapi na’as, dia ketahuan pemilik dan dituntut sehingga dia dipenjara enam bulan.
Bandingin dengan para pejabat kita yang korup, yang mencuri uang ratusan jeti. Dia cuman dipenjara beberapa hari. Cuman bayar uang jaminan, bebas deh...
Emang sih, dosanya sama, tapi dilihat dari segi logika, bener-bener gak masuk akal.

Aku juga pernah baca di media, ada seseorang yang melapor mengenai suatu pembajakan yang terjadi. Dia menuntut polisi dan kejaksaan untuk menindaklanjuti laporannya itu. Tapi, polisi dan kejaksaan tidak juga mengurus laporannya. Ketika dia bertanya kenapa kok tidak ditindaklanjuti, mereka menjawab harus ada “LP-nya”. Dia mengira LP itu adalah Laporan Perkara dan dia merasa sudah membuatnya. Tapi kemudian mereka bilang LP itu adalah ”Lauk Pauk” alias uang pelicin. Nah lho...duit lagi,duti lagi...Capek deh...

Aku jadi salut ama pertunjukkan monolognya Butet Kertarajasa alias SBY (Si Butet Yogya) yang berjudul Sarimin. Disitu juga dibeberkan dosa-dosa dan kebusukan para penegak hukum yang ada kebanyakan di negara kita. Dan aku rasa, memang itulah sebagian besar gambaran nyata yang terjadi pada hukum di negara kita. Aku juga masih inget nasihatnya,”Karena kamu benar maka kamu salah”.

Tulisan ini dibuat tidak untuk semakin menjatuhkan hukum, tetapi mengingatkan kembali keadilan hukum yang sebenarnya, yang telah diselewengkan oleh para penegak hukum.




Suporter Anarkis!

Sisi Kelam Persepakbolaan Indonesia dan Dunia

Photobucket

Hujan peluru di negri Itali, Hujan batu di negri sendiri

Itulah gambaran yang terjadi dalam aksi kerusuhan para suporter sepakbola. Kita tentu masih ingat, di Italia seorang polisi tewas mengenaskan yang disebabkan oleh ulah suporter yang berujung pada aksi anarkis. Masih ingat juga kan kematian seorang Laziale, suporter Lazio karena tembakan polisi dalam suatu kerusuhan antar suporter di kota Roma. Semua kejadian memilukan ini langsung ditanggapi oleh pemerintah Italia dengan menggelar rapat istimewa untuk membahas aksi anarkis para suporter.

Masih hangat pula berita kerusuhan yang terjadi di Lapangan Brawijaya, Kediri dimana Aremania “mengamuk” karena wasit yang bertindak tidak adil. Ironis memang karena Aremania musim lalu ditahbiskan sebagai suporter terbaik di Indonesia. Tapi sekarang namanya tercoreng gara-gara oknum Aremania tak bertanggung jawab.

***

Suporter memiliki arti orang yang mendukung suatu lembaga. Jadi tugasnya adalah mensuport, menyemangati, memberikan dukungan kepada suatu tim (kasusnya dalam olahraga) yang dibela dan dibangga-banggakan.

Aku juga seorang suporter sepakbola. Aku menggandrungi tim kotaku yaitu Arema. Tapi jujur aja aku belum pernah nonton langsung di stadionnya, baik di Gajayana maupun Kanjuruhan. Soalnya ku takut kalo-kalo ada kerusuhan, bisa-bisa wajahku yang tampan ini kena lempar batu nyasar lagi, hehehe...Dulu sih pernah aku nonton sepakbola di stadion, tapi itu dulu waktu usiaku masih 5 tahun, itu aja diajak ama bokap yang juga gilbol. Karena itu, mendingan nonton di TV, lebih nyaman, dengan ditemani camilan dan segelas kopi hangat. Gak kepanasan, gak keujanan, apalagi kena timpuk batu...Gak la yauw...

Kamis, 17 Januari 2008

Konversi Elpiji di Rumahku

Sulitnya Memodernisasi Masyarakat Indonesia

Dua minggu yang lalu, keluargaku mendapatkan bantuan konversi elpiji dari pemerintah.
Hal ini kusambut dengan luar biasa karena di keluargaku belum pernah memakai kompor elpiji. Tapi ibuku menyambutnya dengan biasa aja, bahkan cenderung takut. Maklum pemikiran “orang dulu”, takut kalo meledak-lah, bahaya-lah, mahal-lah. Padahal sudah banyak sosialisasi mengenai kompor elpiji ini kalau kompor ini aman, hemat dan lebih cepat dalam memasak. Tapi tetep juga ibuku gak mau percaya meskipun aku juga sering menjelaskan sampai bibirku berbusa.

Meskipun demikian, akhirnya kuambil juga bantuan tersebut dan kurakit sendiri. Memang sih, dari kualitas kompornya gak begitu bagus. Regulatornya agak gak fungsi tapi dengan sedikit modifikasi akhirnya menyala juga kompor itu. Namun ibuku tetep juga gak mau pake tuh kompor (takut atau gak bisa nyalain ya? hehehe) sehingga nyaris tuh kompor nganggur. Sempet kuajarin sih cara ngoperasiin tuh kompor, tapi beliau juga masih malu-malu kucing.

Pernah dibuat untuk memasak nasi dan menggoreng tapi hasil masakannya jadi gosong semua. Ketika kutanya ke beliau, ibuku menjawab,” Gak lagi pake kompor elpiji, matengnya kecepetan. Ditinggal bentar eh masakannya udah mateng”. Akhirnya ibuku kembali memakai kompor minyak tanah kesayangannya (dasar orang udik, hehehe).
Jadinya tuh kompor cuman dipake untuk memasak air doang karena cepet mendidihnya, sampai sekarang.

Photobucket

Photobucket
(ini nih tabungnya)

Mungkin ibuku inilah gambaran masyarakat tempo doeloe, yang memang adalah sebagian besar gambaran masyarakat Indonesia. Ini terbukti dari sekian banyaknya bantuan konversi elpiji tapi masih banyak yang tidak diambil. Di halaman kelurahanku saja banyak kompor elpiji yang nganggur tanpa “pemilik”. Mungkin karena mereka gak tahu dan gak mau merubah gaya hidup yang sudah paten memakai kompor minyak tanah.

Ada juga yang sudah diberi tapi sampai sekarang nganggur tidak dipergunakan. Ya mungkin seperti ibuku tadi gak tahu mesti diapain. Bahkan ada yang uda diberi bantuin eh setelah itu kompornya dijual. Bahkan yang lebih parah lagi kasus di Malang Selatan yang kubaca di koran. Pemda disana sempet meniadakan “keberadaan” minyak tanah karena masyarakatnya sudah diberi bantuan kompor elpiji. Walhasil, oleh karena masyarakat disana belum siap dengan keberadaan kompor elpiji maka mereka menjualnya dan karena juga tidak bisa memasak dengan kompor minyak tanah maka mereka beralih lagi ke cara tradisional yaitu dengan membabat hutan untuk dijadikan kayu bakar. Parah gak tuh...
Inilah yang membuat pusing Pertamina, hehehe...

Wah...wah...ternyata gak semudah itu ya mengubah gaya hidup dan pola pikir masyarakat kita ini. Pemerintah harus berpikir keras untuk memodernisasi perilaku masyarakatnya. Inilah PR yang sulit buat pemerintah. Aku punya saran buat pemerintah. Sarannya adalah Tolong modernisasi gaya hidup dan pola pikir ibuku dulu, baru kalo sukses aku yakin pemerintah bisa memodernisasi masyarakat Indonesia seluruhnya, hehehe...(ini serius lho...100%)

Thanks to: My mom, yang sampai sekarang masih begitu “setia” dan “mencintai” kompor minyak tanahnya.

Hutan Kota Malabar

Paru-Paru Kota di Jantung Kota Malang

Photobucket

Photobucket

Inilah yang membuatku betah sekaligus bangga hidup di kota Malang. Pemkot begitu peduli terhadap kelestarian lingkungannya, khususnya untuk menghadapi banyaknya pencemaran udara. Hutan kota ini sudah begitu lama berdiri. Dahulu tempat ini adalah lapangan sepakbola. Waktu aku masih SMP, aku sering bermain bola di tempat ini. Tapi kemudian lapangan ini dijadikan hutan kota. Namun demikian, aku tidak kuatir karena di sebelah lapangan ini juga ada lapangan untuk bermain bola, meskipun ukurannya lebih kecil. Tapi malah enak, karena disamping membuat rindang, udara disekitar hutan kota itu menjadi lebih segar dan sehat.

Photobucket

Photobucket

Hutan kota ini begitu banyak manfaatnya. Bisa digunakan untuk rekreasi karena ditempat ini begitu teduh dan tenang sehingga membuat hati kita menjadi damai. Bisa juga untuk edukasi karena banyak tanaman pepohonan dengan nama spesies yang bermacam-macam. Hutan kota ini juga digunakan sebagai habitat konservasi burung-burung. Pokoknya, banyak sekali kegunaan yang didapatkan dari hutan kota ini.

Photobucket

Sayangnya, hutan kota ini belum digarap secara maksimal oleh pemkot. Ini terlihat belum adanya fasilitas yang memadai, seperti kursi untuk tempat duduk-duduk dan juga kurang terawatnya spesies yang hidup disini. Meskipun ada tanda larangan agar tidak merusak pepohonan dan menembak burung namun juga masih ada yang melakukan hal tersebut. Hal ini disebabkan tidak ada seorangpun penjaga ditempat ini. Disamping itu, masih adanya PKL yang berjualan di sepanjang pinggir hutan kota meskipun Satpol PP uda rutin menggelar razia. Selain itu juga digunakannya hutan kota ini sebagai tempat esek-esek pada malam hari karena begitu sepi dan rindang.

Akan tetapi, meskipun begitu Hutan Kota Malabar ini memberikan suatu nuansa yang amat positif bagi kota Malang. Aku mengharapkan hutan-hutan semacam ini semakin diperbanyak di kota Malang, khususnya ditempat-tempat yang polusi udaranya sudah sangat rawan. Dan kuharap kota-kota lainnya juga meniru pembangunan hutan kota seperti ini. Semoga kota Malang menjadi “Paris van Java” (alias kota adem) kembali.

Ada Apa Dengan Tempe 2

Manfaatnya Sebagai Penawar Racun

Terlepas dari adanya kelangkaan dan mahalnya harga tempe, ternyata tempe dapat digunakan sebagai penawar racun yang efektif dan efisien. Jika dibandingkan dengan penawar racun yang lainnya, tempe sangat mudah dijumpai dan lebih ekonomis.

Mengapa bisa demikian?

Photobucket

Tempe terbuat dari kacang kedelai. Kacang kedelai ini mengandung kadar protein yang tinggi. Bahkan kadar proteinnya jauh melebihi susu sapi dan telur ayam. Protein tinggi yang dimiliki oleh tempe ini dapat digunakan sebagai penawar racun.

Secara sederhana, prinsipnya adalah sebagai berikut. Ion-ion logam berat (racun) atau zat beracun dalam gas kendaraan bermotor, seperti gas NOx dan partikulat timbal (Pb), yang masuk kedalam tubuh kita dapat diendapkan oleh protein. Berdasarkan sifat protein tersebut, maka tempe dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun.

So, dari keterangan yang singkat ini, kita diajak untuk hidup sederhana. Obat tidak perlu mahal, bahkan obat tidak perlu bernama obat. Makanan keseharian kita pun sebenarnya dapat berfungsi sebagai obat penangkal racun. Bagi para ibu yang suka memasak, bumbu masakan seperti kunyit, kencur, daun sirih, daun salam, dan rempah-rempah lainnya pada umumnya juga memiliki daya penangkal racun yang akan bermanfaat untuk tubuh. Begitu juga dengan sayuran dan buah-buahan memiliki daya penangkal terhadap racun. Kemudian sebisa mungkin hindari bumbu-bumbu masakan yang merupakan bumbu sintesis. Kalau bumbu masakan dengan rempah-rempah justru lebih nikmat serta memiliki kemampuan menangkal racun, mengapa kita tidak memilih rempah-rempah saja, capek sedikit untuk sekedar mengulek nampaknya lebih baik kalau kita ingin hidup lebih sehat.

Thanks to: chem-is-try

Ada Apa Dengan Tempe 1

Tempe, (Akhirnya) Menjadi Barang “Mewah”

Isuk dẽlẽ, sore tempe” (Pagi kedelai, sore tempe)

Mungkin paribahasa ini tidak akan digunakan lagi saat ini, mengingat tempe yang berbahan dasar kedelai kini menjelma menjadi barang mahal dan langka.

Dahulu, tempe merupakan makanan pokok yang selalu ada di meja makan. Ayahku pernah bilang,” Gak po po ora ono iwak pẽthẽk, asal ono iwak tempe isih iso mangan enak” (Tidak apa-apa tidak ada ikan ayam, asal ada ikan tempe masih bisa makan enak). Tetapi sekarang, tempe menjadi sepadan dengan lauk lainnya yang tergolong mahal, seperti ayam atau ikan. Bahkan aku baca di koran banyak pengusaha tempe, khususnya di kota Malang yang terkenal dengan keripik tempenya, gulung tikar alias bangkrut. Hal ini disebabkan mereka tak mampu lagi untuk membeli bahan dasar kedelai karena harganya meroket naik. Dalam waktu tidak ada sebulan, harga kedelai melonjak tajam bahkan hampir 100% kenaikannya. Masalah ini disikapi para pengusaha tempe seluruh Indonesia dengan mengadakan unjuk rasa di depan istana presiden.

Mengapa tempe bisa menjadi begitu mahal?

Photobucket

(Beli tempe seribu perak cuman dapet secuil ini, padahal dulu lumayan banyak)

Konon, pemerintah terdahulu seringkali mengimpor kedelai, khususnya dari Amerika. Sampai sekarang pun, kita masih “ketagihan” dan menjadi kebiasaan untuk terus mengimpornya. Bahkan 60% produksi kedelai kita seluruhnya adalah impor. Kasihan juga petani kita ini. Katanya tanah air kita seperti kolam susu, batang ditancap jadi tanaman. Tapi kita gak pernah merasakannya. Kita ini bangsa yang bodoh atau bego sih? Bangsa kita kan banyak sekali menhasilkan sarjana lulusan pertanian tapi kenapa tetep juga hasil pertanian kita masih impor? Padahal dulu tahun 1992 Indonesia sempet swasembada kedelai lho!

Sekarang, saat lahan untuk tanam kedelai di Amrik berkurang (karena Amrik lebih suka tanam jagung untuk digunakan bioetanol), bangsa kita kelimpungan. Harga dasar kedelai pun jadi melonjak-lonjak. Ketika pemerintah saat ini ditanya mengapa kok bisa jadi begini? Mereka malah menyalahkan pemerintah terdahulu yang katanya kebijakannya salah-lah, kurang perhitungan-lah, apa-lah. (Padahal orang yang buat kebijakannya kan sama saja, cuman ganti chasing doang) Itulah bangsa kita...Sukanya cari kambing hitam daripada solusi. (Kasihan tuh kambing disalahin melulu...)

Alasan lainnya mengapa kok impor adalah karena pemerintah menganggap kualitas kedelai yang dihasilkan oleh petani kita belum cukup bagus. Lebih bagus kedelai impor (ya iya lah). Satu lagi nih penyakit negara kita, pemerintahnya gak pernah mau kasih kepercayaan ama rakyatnya sendiri. Seharusnya, bagaimanapun juga kita harus memberi kepercayaan lebih ama kerja rakyatnya (contoh tuh Jepang!). Lagipula hasil kedelai dalam negeri gak jelek-jelek amat kok.

Memang sih pemerintah kita udah mencari solusi. Seperti mencari alternatif negara lain yang mengekspor kedelai dengan harga agak miring dan menghapuskan bea masuk kedelai sehingga diharapkan dapat menurunkan harga dasar kedelai. Tapi semua solusi ini hanya bersifat sementara (sejenak) dan bahkan solusi ini tidak begitu mempengaruhi harga kedelai (cuman turun 700 perak, neng). Jadi, tetep aja tempe masih jadi barang “mewah”. Ada juga pengusaha tempe yang mencampur tempenya dengan singkong supaya usahanya gak gulung tikar (Ini nih...tempe rasa singkong. Kreatif!)

So, bersyukurlah wahai orang-orang KERE (including me,hehehe...), akhirnya kesampaian juga kita makan makanan mewah...

Thanks to: Jawa pos

Bengawan Solo...Riwayatmu Kini...

Indonesia Menangis

Di awal tahun ini bangsa kita dikejutkan dengan adanya bencana dimana-mana. Mulai dari tanah longsor, gempa sampai banjir. Yang terparah adalah jebolnya tanggul dari Sungai Bengawan Solo. Sungai terbesar di Pulau Jawa ini “mengamuk” dan menenggelamkan sebagian besar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Banyak banget sodara-sodara kita yang menderita dan terkepung banjir yang tingginya hampir mencapai 3 meter. Bahkan sampai sekarang pun deritanya belum juga berakhir. Sebagian wilayah Jawa Timur seperti di Babad Lamongan belum juga surut airnya. Beberapa media yang aku baca, banyak sekali mengkritik lambannya penanganan bencana yang ada di negeri kita. Terlalu banyak prosedur dan tetek bengek (belum lagi adanya “pencurian” bantuan). Semua ini semakin memperpanjang deret penderitaan para korban bencana.

Beruntung sekali masyarakat di negeri kita ini guyub rukun. Banyak sekali yang peduli dengan mendatangi langsung TKP bencana dan memberikan bantuan mereka dengan sukarela. Mungkin inilah hikmah dari semuanya. Kita menjadi semakin peduli dengan keadaan sesama. Ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi bencana. Kita dituntut untuk menjadi semakin peka terhadap lingkungan. Sudah seharusnya kita mewaspadai warning dari alam untuk lebih mencintainya. Kalau terus-terusan mengabaikan warning itu, wah...gak tau lagi deh, bencana apalagi yang akan menimpa negeri tercinta kita ini.

Sedih juga mendengar semuanya ini dari temenku yang keluarganya jadi korban. Bencana ini membuatku merenung, begitu kecil dan lemahnya kita ini sebagai manusia. Semakin merenung, aku teringat akan lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang...

Bengawan Solo...Riwayatmu dulu... Air Mengalir Sampai Atap...”

Thanks to: Prita

Selasa, 15 Januari 2008

Jangan Benci Plastik

Secuil solusi pendayagunaan limbah plastik

Photobucket

Banyak diantara para pecinta lingkungan yang semakin membenci bahan-bahan plastik (seperti gambar diatas), dan mengalihkannya pada bahan-bahan kertas. Misalnya saja, ketika berbelanja ke supermarket, mereka menolak saat diberi kantong plastik sebagai wadah belanjaan. Mereka meminta kantong yang berbahan dasar kertas. Atau kalo mereka berbelanja, mereka menghindari barang-barang kemasan botolan dari plastik. Ketika ditanya, sebagaian besar alasan mereka adalah karena cinta lingkungan. Hey man, not again! Itu dulu...

Mengapa plastik dipakai sebagai wadah?

Plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Secara umum, plastik memiliki densitas yang rendah, bersifat isolasi terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik yang bervariasi, ketahanan suhu terbatas, serta ketahanan bahan kimia yang bervariasi. Selain itu, plastik juga ringan, mudah dalam perancangan, dan biaya pembuatan murah.

Sayangnya, dibalik segala kelebihannya, limbah plastik menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya tak lain sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah. Untuk mengatasinya, para pakar lingkungan dan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah melakukan berbagai penelitian dan tindakan. Salah satunya dengan cara mendaur ulang limbah plastik. Namun, cara ini tidaklah terlalu efektif. Hanya sekitar 4% yang dapat didaur ulang, sisanya menggunung di tempat penampungan sampah.

Akan tetapi, sekarang sudah mulai ada solusinya. Penelitian di Amerika menyatakan bahwa limbah plastik dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak pelumas untuk kendaraan bermotor. Plastik, khususnya jenis polietilena, terdiri dari dua jenis yaitu high density polyethylene (HDPE) dan low density polyethylene (LDPE). HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik minuman, sedangkan LDPE untuk kantong plastik. Ketika polietilena dipanaskan akan terbentuk suatu senyawa hidrokarbon cair. Senyawa ini mempunyai bentuk mirip lilin (wax). Pemanasan polietilena ini menggunakan metode pirolisis. Banyaknya plastik yang terurai adalah sekitar 60%, suatu jumlah yang cukup banyak. Struktur kimia yang dimiliki senyawa hidrokarbon cair mirip lilin ini memungkinkannya untuk diolah menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi. Sifat kimia senyawa hidrokarbon cair dari hasil pemanasan limbah plastik mirip dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak mentah sehingga dapat diolah menjadi minyak pelumas. Pengubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis limbah plastik menjadi minyak pelumas menggunakan metode hidroisomerisasi.

So, temen-temen, jangan benci plastik. Ternyata sekarang plastik bukan lagi menjadi “musuh” kita, tapi sudah menjadi “sahabat” kita.

Thanx to: chem-is-try

Kotaku Malang, Balaikotaku Sayang

Sisi Prestisius Balaikota Malang

Photobucket

Inilah balaikota Malang saat ini. Memasuki tahun 2008, pemkot Malang membenahi gedung balaikota ini sehingga terlihat cantik dan prestisius. Dari sisi historis, balaikota ini menyimpan suratan sejarah yang panjang dan patut dipelajari. Gedung ini pernah dibumihanguskan oleh masyarakat (pejuang) kota Malang saat invasi militer Belanda ke kota Malang. Hal ini dilakukan agar Belanda tidak dapat menduduki balaikota yang merupakan pusat pemerintahan di kota Malang. Konon, Bung Karno juga pernah berpidato lho di tempat ini. Jujur sih semua ini aku dengar ceritanya dari Kakek temenku. Aku gak tahu semua kejadian ini, kan aku belum lahir!!! Tapi yang kutahu sekarang bahwa balaikota Malang saat ini berdiri gagah dengan indahnya dan seringkali taman depan balaikota yang begitu indah dengan diterangi gemerlapan lampu kota, digunakan sebagai tempat pacaran anak-anak muda. Termasuk aku,hehehe...

Thanx to: Husni

Labuku terlantar, Skripsiku tertunda, Lulusku kapan???

Secuil derita seorang mahasiswa

Akhirnya!!! Penantianku selama 1 tahun ini “terbelah juga”. Labu yang telah lama kusimpan, bahkan sampai hampir menjadi busuk, telah ku”kerja”kan.
Asal tahu saja, aku menunda skripsiku sampai hampir 1 tahun cuman gara-gara labu.

Begini ceritanya. Setahun yang lalu aku mengalami kebingungan yang amat sangat. Aku gak tahu harus penelitian tentang apa untuk bahan skripsiku. Setelah aku konsultasi dosen disana-sini dan banyak-banyak browsing internet, akhirnya terbersit juga sebuah ide untuk mengekstrak minyak pangan dari biji labu merah dengan jenis yang berlainan sebagai variasi. Setelah kubuat proposalnya dan kuajukan ke dosen pembimbing, mereka setuju dan mendukung penelitianku. Bahkan aku menjadi sangat optimistis ketika diseminarkan proposalku mendapat nilai A, perfecto!

Tapi ternyata semua itu gak segampang yang ada dibenakku. Jenis labu yang kubutuhkan ternyata gak gampang untuk ditemui. Aku udah cari disegala penjuru kota Malang, setiap pasar kuubek-ubek, tetep aja gak ketemu-ketemu. Aku sempet frustasi, depresi dan sedikit hipertensi (alias mudah marah) kalo ditanya tentang penelitianku. But, Thanks GOD, aku punya temen-temen yang baik & mendukungku disegala situasi. Mereka bantuin cariin bahan penelitianku dan akhirnya ketemu juga. Aku juga menemukan jenis labu yang baru yang ada di Gunung Kawi (Bayangin berburu labu aja sampai ke gunung kawi, sekalian ruwatan hehehe...)

Dan dengan sedikit mujizat, di awal tahun baru ini, labu tersebut berhasil kukerjakan dan kuambil bijinya untuk dikeringkan dan setelah itu akan diambil minyaknya.

Photobucket

Photobucket

Dengan semuanya itu, aku optimistis semester ini penelitianku bakal kelar, hehehe.
Tolong, penelitian ini jangan dibajak, uda didaftarin di HaKI, hehehe...

Thanx to: Joe, Husni dan Risa, buat advice, semangat dan doanya.

Selamat Datang 2008 (Ku sambut dengan optimis)

Selamat Tinggal 2007

Hampir semua orang menginginkan hasil yang luar biasa, tetapi mereka tidak pernah bersedia melakukan hal yang luar biasa.”

Kata-kata motivasi yang aku peroleh dari warta jemaat Bethany inilah yang membuatku tersadar dari semua impian dan lamunanku selama ini. Mungkin, dan sangat mungkin, inilah gambaran hidupku selama ini. Seringkali aku menginginkan hal-hal yang luar biasa terjadi dalam kehidupanku yang menurutku berjalan biasa-biasa saja. Tetapi aku hanya berharap dan menunggu “hasil yang luar biasa” itu terjadi dalam hidupku tanpa berusaha sedikitpun. Hidupku terkesan santai dan “tanpa tekanan” dan lama kelamaan semua ini membuat hidupku semakin “malas”.

Di tahun 2007 lalu, tidak banyak hal-hal berguna yang kulakukan dalam hidupku. Hidupku terkesan “STD = Standard banget”. Akan tetapi, di tahun 2008 ini, aku akan menjalani hidupku dengan gaya yang berbeda. Dengan style yang different. Dengan etos kerja yang lain. Semoga di tahun ini, AKU LULUS!!! hehehe...

Photobucket

Selamat datang 2008, ku siap menyambutmu. Lihatlah diriku yang siap untuk menyambut fajar baru. Semoga semangat ini menular juga pada temen-temen, khususnya yang belum lulus and belum mau lulus. I just want to say “Jangan menambah beban orang tuamu!”

Tuhan memberi pelangi disetiap badai, senyum disetiap air mata, berkat disetiap cobaan, alunan merdu disetiap desah nafas dan jawaban pasti disetiap doa.”

I’m ready, 2008!!!

Thanx to: Joe, Anggun, Vic, dll.