Action

Kamis, 15 November 2007

DEMOKRASI ASYIK???

Negara kita adalah negara demokrasi. Itu teorinya. Tapi prakteknya, negara kita malah seringkali terjebak dalam “kesemrawutan”. KESEMRAWUTAN DEMOKRASI!

Pada dasarnya, sistem demokrasi itu baik. Setiap pribadi memiliki hak untuk bersuara dan menyampaikan pendapatnya. Kemudian dari semua pendapat akan dimusyawarahkan untuk mencapai kata mufakat. Jadi, sistem ini begitu menuntut setiap pribadi untuk memiliki sikap lapang dada dan mawas diri yang cukup besar. Hal ini disebabkan banyak sekali pendapat dari pribadi yang terlibat, tetapi tidak semua pendapat dapat diterima. Harus diambil pendapat paling baik yang dapat mewakili seluruh pribadi.

Dalam pelaksanaannya, sistem ini seringkali sulit dijalankan dengan benar. Apalagi jika pribadi yang terlibat didalamnya tidak memiliki pikiran jernih, tenggang rasa dan jiwa yang benar-benar demokratis.

Seperti misalnya saja, gak usah jauh-jauh, negara kita sendiri yang ingin meniru demokrasi ala barat. Negara ini begitu mengagung-agungkan demokrasi. Sistem ini dianggap sistem yang paling tepat sehingga diharapkan seluruh aspirasi rakyat dapat ditampung. Rakyat dapat hidup adil, makmur, tenteram, damai, gemah ripah loh jinawi.

Tapi sayangnya, kenyataannya tidak berbicara demikian. Stabilitas negara, baik politik maupun ekonomi, seringkali mengalami “kesemrawutan”. Banyak sekali protes dan demo dimana-mana dengan alasan demokrasi. Pemerintah tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, hanya gara-gara persaingan “kursi”. Kepentingan politik selalu diutamakan daripada kepentingan publik. Money politic selalu diandalkan setiap kali ada pemilu. Tidak dapat menerima ketika pendapatnya atau kubunya kalah. Lalu terjadi pengrusakan dimana-mana melibatkan massa yang tak tahu apa-apa.
Inikah gambaran demokrasi?
Dimana bagusnya?
Apakah ada yang salah dengan sistem demokrasi di negeri ini?

Aku sangat tertarik dengan pendapat Lee Kuan Yew, pendiri Singapura, sebagaimana dikutip The Straits Times, “...lebih banyak protes...Seperti itukah demokrasi?”

Menurutnya, demokrasi ala barat tidak pas untuk Singapura. Lee lebih menyukai tidak memakai sistem itu asal stabilitas negara terjaga. Investor tidak akan menanam uang kalau negaranya terus dilanda kekacauan. Stabilitas bagi investor lebih penting dibanding demokrasi yang sering didengung-dengungkan media-media barat. Lee menerapkan pentingnya undang-undang yang melarang pembelot dan aktivitas politik. Semua itu dilakukan untuk menjaga stabilitas yang membantu keberhasilan perekonomian.

Lee telah membuktikannya. Negaranya yang kecil, Singapura, secara ekonomi paling maju di Asia Tenggara. Singapura juga merupakan salah satu negara yang secara politik paling stabil dalam kawasan tersebut. Ribuan perusahaan asing pun menjadikan Singapura sebagai markas operasional.

Kita seharusnya bisa mencontoh kesuksesan negara tetangga. Sebenarnya sistem demokrasi sangat bagus, tapi “orang-orang kita” yang belum siap untuk menerimanya. Ditambah lagi, negara kita sangat luas wilayahnya dan multirasial. Kita masih saja “primitif” dalam memandang dan menjalankan sesuatu. Apalagi 2 tahun mendatang, kita akan menyambut pesta demokrasi terbesar di negara kita. Marilah kita semua berubah sesuai dengan pembaharuan budi kita masing-masing. Kita tidak ingin uang bertriliun-triliun untuk pesta demokrasi “menguap” begitu saja, tanpa ada perubahan yang berarti di negeri kita tercinta.

Apakah kita sudah siap?
Menyongsong PEMILU 2009!

JBU


Tidak ada komentar: